Di sebuah kerajaan berdiri megah istana raja. Ada singgasana tempat raja duduk memerintah dan memelihara seluruh negeri. Tamu keluar masuk dengan berbagai keperluan. Penuh tata krama ketat protokoler awig awig kerajaan. Memelankan suara, bersimpuh ketika menyampaikan asa, diam ketika raja bersabda.
Tiba tiba ada serombongan orang datang. Masuk tanpa tata krama dan mengabaikan aturan. Jalan ke sana kemari tanpa permisi. Suara keras seperti perompak jalanan. Mata jelalatan nanar mencari jarahan. Seolah raja hanya hiasan tak bernyawa. Lebih parah, hiasan dan perabotan istana milik raja, diambili satu persatu oleh gerombolan ini. Diperebutkan sampai berantem antar mereka.
Satu kata untuk mereka : Kurang ajar !
Tapi sebentar.. siapa gerombolan itu ? Ga usah nengok kanan kiri. Capek lihat semua orang saling tunjuk kesalahan diri lain, alpa kekurangan diri sendiri. Karena sebenarnya gerombolan itu adalah kita! Ya, kita.
Coba tanya semua agama di dunia. Siapa pemilik semua yang ada di langit dan di bumi ini ? Pasti dijawab milik Tuhan. Islam malah mengajarkan bahwa bumi langit seisinya ini adalah kerajaan Allah. Di dalamnya ada "singgasana" Nya. Segenap makhluk, tumbuhan, hewan, udara bahkan bintang gemintangpun bersimpuh, sopan bersujud dan tawadlu kepada SANG MAHA RAJA, Tuhan Semesta Alam. Semua mengikuti aturan Tuhan. Tata krama dan agama-Nya.
Tiba tiba datang segerombolan tamu. Adam dan anak keturunannya. Petentang petenteng mengabaikan tata krama Kerajaan Semesta. Segala aturan Tuhan dilabraknya. Sang Raja Semesta, Tuhan, dikerangkeng di masjid, gereja, pura, wihara dan tempat peribadatan lainnya. Manusia berbuat semau nafsunya di muka bumi. Berfoya foya, berperang, bertengkar, berjudi, berzina, bersenda gurau dan lain sebagainya di depan Sang Raja. Jikapun beribadah hanya menjalani ritual warisan budaya saja.
Tak puas dengan polah kepradah, manusia merampas semua isi kerajaan Tuhan ini. Hewan ternak, hutan, air, tanah, lautan bahkan udarapun direbut dan rakus dikuasai tamu yang bernama manusia ini. 1 orang punya 5 juta hektar tanah. Wow. Semua diklaim sebagai miliknya. Lupa asal kejadiannya. Lupa siapa Pemilik Sesungguhnya. Lagian mau dibawa ke mana sih kamu karungin semua harta itu.. ingat mati mas bro..
Tapi kita kan kholifah? Ya. Kita memang datang ke bumi diundang Allah. Diundang untuk menjadi kholifah. Tapi tahukah sampean apa arti kholifah itu. Perwakilan untuk merawat dan menjaga. Kita ini diundang ke bumi diperintah untuk menjadi hambaNya merawat dan menjaga bumi ini. Kita ini diperintah untuk menjadi buruh. Hamba Nya sang Raja Semesta, Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Lha wong buruh kok tetiba menganggap harta yang dijaga itu miliknya. Bahkan ketika sang majikan memerintah mengambilkan sebagian harta untuk kepentingan majikan, si buruh ini menolak. Kalaupun memberi ya sekedar sesuai ukuran nafsunya saja. Loh..loh.. iki piye..
Tanah, emas, perak, air dan semua yang di kerajaan langit dan di bumi ini milik Allah. Kita hanya penjaga. Buruh merawatnya. Lha kok kita klaim milik kita. Lalu saat Allah memerintah kita mengambilkan harta untuk kepentingan orang miskin, agama dan bangsa - yang mana itu adalah perwakilan kepentingan Allah - kok kita ogah mengabulkannya. Kalaupun kita beri ya sekedar receh pengisi kotak amal. Apa apaan ini. Memangnya kita siapa ? Emang ente siape ? Kita ini sebagai buruh sudah digaji dengan badan sehat, udara gratis, makanan halal, kok ngelamak minta lebih banyak..
Eh..ngaca tong.. ente itu jongos kok berlagak bos.
Tiru tuh Abraham. Nabi Ibrahim. Sadar betul bahwa beliau hanya hamba. Saat anak yang paling disayangi, Ismail, diperintah untuk disembelih, dilaksanakan begitu saja. Wong sadar itu bukan miliknya, itu milik Sang Pemberi Perintah. Contoh tuh sahabat Nabi, Abu Tholhah. Insaf benar bahwa kebun paling indahnya di tengah kota Madinah itu, yang paling strategis sekota, yang paling mahal harganya itu hanyalah titipan Allah, maka saat agama membutuhkan, dia serahkan dengan ikhlas.
Nah.. bijimane dengan kite.. saya dan sampean ?
Kalaupun belum bisa seperti Ibrahim atau Abu Tholhah dan sahabat hebat lainnya, setidaknya sopan dikitlah di depan singgasana Nya Allah ini. Jagalah sikap di hadapanNya. Kalau masih jungkir balik pas sakit gigi berarti masih kalah sama makhluk sekecil bakteri gigi, maka ga usahlah sok nantang-nantang Tuhan.
Kalaupun belum bisa sopan sama Tuhan karena ga kelihatan, ya setidaknya rendahkan sayapmu pada makhluk yang kelihatan mata inilah, manusia dan alam lingkungan. Kurangi arogansimu. Rem sifat rakusmu dan kendalikan ambisimu itu. Kita ini sama sama berasal dari air mani. Dan sebentar lagi juga sama sama mau mati. Mbok ya sadar diri, hindari tinggi hati. Jangan merasa paling hebat dan benar sendiri, apalagi sampai mencaci. Kita ini sama sama jongos. Ga usah berlagak bos. Gimana? Sepakat mas bos, eh mas bro? Kalau gitu kita toss.. toss!!!
GG Sumber Pendidikan Mental Agama Allah
GG Sumber Pendidikan Mental Agama Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar