LAKSONO ARYUL WIBOWO 1525010124 AGROTEKNOLOGI B-25

Senin, 04 Juni 2018

TUHAN, HANTU ATAU NYATA ?


Berkunjung ke sebuah desa yang lumayan pelosok untuk sebuah acara. Selepas acara numpang duduk diberanda rumah seorang warga. Ada seorang kakek sedang duduk santai di bangku panjang. Saya coba menyapa ramah,
"Dospundi kabare mbah.. sehat?"
"Yo sehat..", jawabnya datar. "Mau ke mana kamu..?", dia balik tanya melihat saya melepas kaus kaki.
"Mau sholat mbah.. Ayo bareng jamaah..", jawab saya, tapi dia diam. "Mari mbah..", ajak saya halus.
"Untuk apa sholat.. ngga perlu.. ngga penting..", sergahnya sambil melengos.
"Biar sehat..mbah", goda saya.
"Jare sopo..(kata siapa).. Aku ra tau sembahyang wae sehat kok..(aku ga pernah sholat juga sehat kok)..". Jleb. Pikir saya, bener juga dia. Ga menyerah, saya pancing dengan tema agak dalam.
"Nanti dimarahi malaikat di kubur lho mbah..".
"Wani malaikat karo aku, ta dugang de'e (berani malaikat dengan saya, ta tendang dia)!", jawabnya sengit sambil menghentakkan kakinya. Wow.. saya ketawa dalam hati. Pikir saya, luar biasa orang ini.
Atau jangan jangan sikap mbah itu sebenarnya biasa saja. Fenomena kekinian yang menghinggapi mayoritas manusia. Jamaknya kita yang juga tidak takut pada Tuhan. Tokoh agama pamer materi. Kriminal makin keji. Politisi ingkar janji. Pejabat gemar mengintimidasi. Korupsi jadi tradisi. Masyarakat saling caci dan benci. Jadi ingat dawuh Abi Muchtar, sekarang ini nyaris tidak ada orang yang bernegara, beragama, bertuhan. Manusia memilih bertuhankan nafsu. Kata seorang pengamat di tivi, "Negeri ini ga akan pernah maju, karena tidak ada yang ditakuti, bahkan pada Tuhanpun tidak takut..".
Coba perhatikan di kota atau desa sampean masing masing. Dari jumlah penduduk yang muslim, banyak mana yang sholat jamaah di masjid dengan yang tidak. Hampir pasti banyak yang tidak. Padahal Tuhan mewajibkan itu. Kalau taat sama Tuhan, nanti tidak ada masjid yang cukup memuat jumlah jamaah di tiap kota dan desa. Untuk muslimah banyak mana yang bertutup aurat sama yang tidak ?
Di antara kita mungkin menjawab, saya rajin ke masjid kok..!
Oke. Tapi coba tanya hati sampean. Tulus, jujur. Saat berangkat ke masjid, pikiran dan hati sampean benar benar didorong rindu dan berencana untuk melaporkan sesuatu pada Tuhan atau hanya ditiup oleh warisan budaya. Sekedar merasa ga enak kalau ga jumatan. Ga enak dilihat dilihat kawan. Atau malah ingin dilihat dan dipuji handai taulan.
Inilah pentingnya melandasi hubungan kita pada Tuhan dengan cinta. Sesuatu yang indah. Sesuatu yang kita butuhkan. Melahirkan rasa rindu dan niat kuat ingin bertemu. Merasa nyaman berdekatan dan merasa akan terpenuhi apa yang diinginkan. Betah berlama lama ngobrol dengan Nya. Saking betahnya kaki Nabi sampai bengkak saat sholat akibat lamanya berdiri dan sujud.
Bandingkan dengan kita. Saking ngga betahnya duduk di hadapan Nya sampai ada istilah sholat "lamcing", lepas salam langsung plencing. Tahiyat, salam, langsung beranjak pergi. Sudah ditunggu kerjaan. Keburu telat janjian bisnis. Urusan dengan Tuhan di masjid sebatas menengok sekilas, "Eh Tuhan, sampean masih ada di situ toh ? Masih ya.. ya sudah.. sampean di situ saja ya.. saya sibuk".
Sama, sampean yang Nasrani seberapa rajin ke gereja dan kebaktian. Sampean yang pengikut Sidharta Gautama setahan apa meditasi semedi. Dulurku Hindu seikhlas apa mengikuti dharma wacana serta upacara di pura pura. Seberapa besar medan magnet rumah rumah Tuhan itu menarik hati kita untuk bertemu dengan sang Kekasih. Di mana posisi Tuhan dalam piala hati kita: kekasih, aksesori, tidak nyata atau bahkan hantu yang menakutkan?
Takut lalu lari menjauh. Panas acapkali mendengar firman Tuhan, sesak dada menerima ajakan ibadah. DIA seperti hantu dengan berbagai ancaman siksa yang mengerikan. Atau malah tidak takut sebab belum yakin Tuhan benar benar ada. Jikapun ada, tidak berpengaruh apa apa pada dirinya. Sampean yang merasa begini, Tuhan hanyalah aksesori hidup. Sebagian lagi menjadikan Tuhan pembantu, babu. Dipanggil pas lagi butuh saja. Didatangi pas sedang punya masalah. Sampean yang mana ? Kita yang mana ? Hayo jujur ngaku..
Tak kenal maka tak sayang. Kita ini nggak sayang Allah bisa jadi karena nggak mengenalNya. Wis ngaku saja. Selama ini kita kenal Tuhan kita hanya karena membaca buku, diberitahu orangtua, diajarin rohaniwan, guru, kyai. Mengetahui lewat cara itu sah sah saja. Hanya, saya ajak sampean naik level. Agar makin yakin keberadaanNya sampai tumbuh cinta, kita perlu mengenalNya (Allah) secara mendekat dan mendasar. Rasakan DIA selalu hadir. Seperti ikan dalam air. Kita ikan, Tuhan air. Sekedar perumpamaan memudahkan pemahaman, bukan menyerupakan Tuhan dengan air. Kita diliputi, digenangi Kebesaran Keagungan Kekuasaan Allah.
Merasa nyaman dalam pengawasan Nya. Ga akan berani pura pura sakit menyiasati hukum keadilan. Taat menjauhi larangan Nya bukan karena takut ancaman siksa. Namun khawatir mengecewakan Yang dicinta. Takut kehilangan senyum dan ridlo Nya. Patuh pada perintah bukan karena iming iming surga saja. Lebih disebabkan nikmat memberikan yang terbaik pada Yang dirindukannya.
Jadi, Tuhan bagi kita hantu yang menakutkan atau Kekasih nyata yang dirindukan ? Gini cara ngukurnya. Orang yang lagi fall in love itu pasti selalu menunggu waktu ketemu. "Dia kok belum telp ya..". Sebaliknya orang yang benci itu keki kalau dijapri, malas mendatangi. "Ah kok dia sudah manggil sih..". Nah, adzan itu panggilan Tuhan. Saat berkumandang, sampean sibuk dengan aktifitas. Tuhan hantu atau Tuhan kekasih, cinta atau benci, bisa dilihat dari suara hati kita saat mendengar adzan.
Jika sebelum mendengar adzan hati sampean bersuara, "Ah kok belum adzan sih..", layak dinilai sampean memang sangat merindukan bertemu denganNya. Cinta kekasihnya, Tuhan Allah. Sebaliknya begitu mendengar adzan, spontan pikiran muncul, "Ah..kok sudah adzan sih..", patut diduga kita memang enggan bertemu denganNya. Ngga membutuhkan pertemuan itu, nggak ada yang penting untuk dibicarakan. Tuhan hanyalah hantu yang menimbulkan kegelisan ketidaknyamanan. Nah, kita yang mana, "ah kok belum adzan sih".. atau "ah.. kok sudah adzan sih..". Hayo ngaku. Atau malah, mau sudah adzan mau belum, kita ga peduli. Lanjut saja bohong sana bohong sini. Toh Tuhan nggak lihat. "Lha wong Tuhan saja kalau berani melarang saya bohong, akan saya lawan kok!". Astaghfirullah.. nyebut mbah..nyebut..

GG
Sumber Pendidikan Mental Agama Allah

1 komentar:

  1. NASEHAT GUS DUR TENTANG SHOLAT"

    Bila engkau anggap sholat itu hanya penggugur kewajiban, maka kau akan terburu-buru mengerjakannya.

    Bila kau anggap sholat hanya sebuah kewajiban, maka kau tak akan menikmati hadirnya Allah saat kau mengerjakannya.

    Anggaplah sholat itu pertemuan yang kau nanti dengan Tuhanmu.

    Anggaplah sholat itu sebagai cara terbaik kau bercerita dengan Allah SWT.

    Anggaplah sholat itu sebagai kondisi terbaik untuk kau berkeluh kesah dengan Allah SWT.

    Anggaplah sholat itu sebagai seriusnya kamu dalam bermimpi.

    Bayangkan ketika "adzan berkumandang", tangan Allah melambai ke depanmu untuk mengajak kau lebih dekat dengan-Nya.

    Bayangkan ketika kau " takbir", Allah melihatmu, Allah senyum untukmu dan Allah bangga terhadapmu.

    Bayangkanlah ketika "rukuk", Allah menopang badanmu hingga kau tak terjatuh, hingga kau rasakan damai dalam sentuhan-Nya.

    Bayangkan ketika "sujud", Allah mengelus kepalamu. Lalu Dia berbisik lembut di kedua telingamu: "Aku Mencintaimu hamba-Ku". Bayangkan ketika kau "duduk di antara dua sujud", Allah berdiri gagah di depanmu, lalu mengatakan: "Aku tak akan diam apabila ada yang mengusikmu". Bayangkan ketika kau memberi "salam", Allah menjawabnya, lalu kau seperti manusia berhati bersih setelah itu.

    Wallahu a'lam bishshowab. Semoga menjadi penambah semangat untuk kian dekat dengan-Nya

    BalasHapus